Jundiati 17802241018


Hari Bahagia Panitia Moeslim Fest
Dan Keluarga Yayasan Bumi Damai Yogyakarta


Yogayakarta –Senin, 25 Maret 2019- adalah hari bahagia bagi panitia Moeslim Fest dan keluarga Yayasan Bumi Damai. Panitia Moeslim Fest telah mempunyai keinginan mengunjungi yayasan sejak lama namun kurang bersahabatnya waktu dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab beberapa anggota panitia sehingga menyebabkan baru hari ini dapat mengunjungi Yayasan Bumi Damai.
Rencana yang diagendakan telah terfikirkan setelah selesainya rangkaian acara yang diselenggarakan pada 1 Desember 2018 di Masjid Agung Manunggal Bantul. Setelah melaksanakan runtutan acara yang padat merayap dan persiapan selama kurang lebih 3 bulan sebelum acara dilaksanakan telah  mengurasa banyak tenaga, pikiran, emosi, material serta financial. Tidak disangka-sangka oleh Panitia Moeslim Fest bahwa masih tersisa dana anggaran untuk acara tersebut. Dana yang ditargetkan pada saat itu berjumlah 10jt yang terkumpul kurang lebih berjumlah 15jt dan yang digunakan untuk keperluan acara hanya setengahnya yaitu kurang lebih 7,5jt. Dari pihak bendahara serta kesepakatan seluruh Panitia Moeslim Fest untuk membagi rata sisa dana tersebut. Namun, ada usulan dari Yuan Aindhik –salah satu anggota panitia- mengusulkan agar sebagian uang tersebut diberikan kepada anak yatim. Sehingga, dana tersebut 75% dibagi rata untuk panitia dan 25% disumbangkan kepada panti asuhan.
Tanggung jawab untuk mencari panti asuhan yang akan dikunjungi Panitia Moeslim Fest diserahkan kepada saya (Jundiati). Maka dari itu, saya pribadi mencari informasi mengenai panti asuhan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus Universitas Negeri Yogyakarta dan rumah atau kost Panitia Moeslim Fest, serta informasi kegiatan seperti apa yang biasanya dilakukan saat berkunjung ke panti asuhan. Setelah mengumpulkan dan mendapatkan informasi lengkap mengenai hal tersebut, lalu saya beritahukan kepada panitia yang lain. Akhirnya Panitia Moeslim Fest sepakat untuk mengunjungi Yayasan Bumi Damai Yogyakarta dengan memberikan sembako, alat mandi, serta alat tulis. Karena yang dibutuhkan yayasan tersebut adalah barang – barang tersebut berhubung keluarga Yayasan Bumi Damai Yogyakarta adalah dari anak SD, SMP, SMA dan Mahasiswa.
Keberangkatan menuju Yayasan Bumi Damai Yogyakarta kami tempuh dari kampus setelah selesai mata kuliah terakhir. Pada awalnya, saya dan Nurani hanya  berniat untuk membeli sembako, alat tulis dan perlengkapan mandi ditemani Iim, Kurnia dan Vilya menuju Pamela Satu. Namun, saat setelah barang – barang tersebut terbeli akhirnya kami memutuskan untuk langsung menuju yayasan daripada harus menunggu hari brikutnya dan tidak jadi-jadi terlaksana. Karena rencana awalnya adalah Senin, 25 Maret 2019 setelah selesai mata kuliah terakhir untuk belanja barang dan hari berikutnya Selasa, 26 Maret 2019 untuk berkunjung ke Yayasan Bumi Damai Yogyakarta. Tanpa menunda waktu lagi, saya mengusulkan untuk setelah membeli barang untuk langsung menuju yayasan dan Iim, Nurani, Kurnia, Vilya menyetujui hal tersebut. Lalu saya meminta izin ke grup Panitia Moeslim Fest untuk langsung menuju yayasan tanpa kehadiran seluruh anggota panitia. Sebab, menurut saya hal tersebut lebih baik daripada harus mengulur – ulur waktu lebih lama dan rasa tidak enak terhadap pengurus Yayasan Bumi Damai yang sudah saya hubungi sebelumnya.
Barang yang telah dilist untuk dibeli sebelumnya telah ada di tangan, akhirnya Saya, Kurnia, Iim, Nurani, Vilya langsung menuju Yayasan Bumi Damai dari Pamela Satu sekitar jam 17.30 WIB. Pada saat perjalanan menuju yayasan, share loc yang diberikan oleh pengurus yayasan ternyata membingungkan mengakibatkan kami salah masuk gang. Mengikuti maps tidak menemukan kejelasan justru semakin membingungkan, jam handphone telah menunjukkan pukul 17.50 menandakan telah memasuki waktu sholat maghrib. Akhirnya kita menemukan Bapak dan Ibu yang akan berangkat berjamaah di masjid dekat kami berhenti kebingungan mencari alamat. Setelah ditunjukkan alamat yayasan, kami langsung menuju yayasan.
Waktu telah menunjukkan pukul 18.15 WIB, dengan perasaan letih dan badan yang lelah Alhamdulillah sampai di yayasan. Perasaan lega sekaligus bahagia menyeliputi perasaan kami. Keluarga yayasan menyambut kami dengan hangat. Karena kami belum sholat maghrib, akhirnya kami berjama’ah dengan keluarga yayasan. Setelah selesai berjama’ah, ada sambutan secara reesmi dari pengurus yayasan yang diwakkili oleh Mas Alfin, do’a anak yayasan yang dipimpin oleh Mas Hutman lalu dilanjutkan mushofahah bersama anak yayasan.
Sambutan yang dibawakan Mas Alfin menceritakan pendiri yayasan yaitu Bapak Nur Ali Suwandi yang lebih sering dipanggil Bapak Ali oleh anak-anak. Bapak Ali sedang menjalankan tugas dinas jadi jarang berada di yayasan, namun ketika berlibur atau waktu senggang selalu mengunjungi yayasan. Pada saat kita berkunjung ke yayasan bersamaan dengan Bapak Ali tiba di yayasan namun tidak dapat berlama-lama karena akan berkunjung ke rumah Bapak Robi (teman tugas Polrinya).
Kasih sayang yang diberikan oleh Ibu Aprilina Winantu Rahayu (Istri Pak Ali) sangat dirasakan oleh anak-anak. Ibu Apriliani selalu memasakkan anak-anak setiap hari. Sebagai sosok ibu yang baik hati, murah senyum dan ramah memberikan kehangatan kasih sayang kepada anak-anak tanpa membedakan antara anak yang satu dengan yang lainnya.
Anak yayasan berjumlah kurang lebih 30 – 50 anak terdiri dari SD, SMP, SMA dan Mahasiswa. Meskipun mereka tidak kenal lagi kasih sayang orang tua kandung mereka namun kasih sayang dan kehangatan Ibu Apriliana sangat terasa dirasakan oleh mereka. Mereka tidak akan menyia-nyiakan pemberian dari Bapak Ali dan Ibu Apriliana. Balasan mereka tunjukkan dengan perilaku baik, prestasi dan saling mengasihi satu sama lain. Tidak tanggung – tanggung prestasi yang di dapat seperti yang di dapat oleh salah satu anak yang diajari karate oleh Mas Yusuf (Mahasiswa UNY anak Fakultas Ilmu Keolahragaan) mendapat juara 1. Selain itu ada juga anak kelas 2 yang sudah mampu menghafal Al-Qur’an jus 30 dan surat – surat penting.
Anak – anak Yayasan Bumi Damai tergolong anak yang lucu, polos, lugu dengan sifat asli mereka namun kasih sayang mereka begitu tulus. Saat berkunjung kami tidak henti – hentinya bercengkrama, tertawa dan berceriata dengan mereka sampai lupa jika jam telah menunjukkan pukul 20.00 WIB padahal kita telah berencana untuk pulang pukul 19.00 WIB. Niat hati untuk pamit pulang namun kami ditahan untuk ikut makan bersama keluarga yayasan, dengan rasa sungkan akhirnya kami ikut makan dan pukul 21.00 WIB baru dapat izin pulang.
Rasa tersanjung, bahagia, terharu bercampur menjadi satu. Kami bersyukur dapat berkunnjung ke Yayasan Bumi Damai Yogyakarta. Terdapat  banyak hikmah yang dapat kita petik dari kunjungan kami, salah satunya adalah mengenalkan arti kasih sayang tulus dan bagaimana hidup dengan kesederhanaan. Terrima kasih keluarga Bumi Damai seemoga hubungan silaturahmi kita akan tetap terjalin sampai kapanpun dan diridhoi oleh Yang Maha Kuasa. Amin Ya Rabbal’alamin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KORUPSI KOLUSI NEPOTISME (KKN) BUKAN WARISAN BUDAYA GENERASI MILENNIAL

Sleman, 24 Maret 2019 – Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) menyelenggarakan acara Pakta Integritas. Acara tersebut merupaka...