Hari Bahagia Panitia
Moeslim Fest
Dan Keluarga Yayasan Bumi
Damai Yogyakarta
Yogayakarta –Senin, 25 Maret 2019- adalah hari
bahagia bagi panitia Moeslim Fest dan keluarga Yayasan Bumi Damai. Panitia
Moeslim Fest telah mempunyai keinginan mengunjungi yayasan sejak lama namun
kurang bersahabatnya waktu dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab beberapa
anggota panitia sehingga menyebabkan baru hari ini dapat mengunjungi Yayasan
Bumi Damai.
Rencana yang diagendakan telah terfikirkan
setelah selesainya rangkaian acara yang diselenggarakan pada 1 Desember 2018 di
Masjid Agung Manunggal Bantul. Setelah melaksanakan runtutan acara yang padat
merayap dan persiapan selama kurang lebih 3 bulan sebelum acara dilaksanakan
telah mengurasa banyak tenaga, pikiran, emosi, material serta financial.
Tidak disangka-sangka oleh Panitia Moeslim Fest bahwa masih tersisa dana
anggaran untuk acara tersebut. Dana yang ditargetkan pada saat itu berjumlah
10jt yang terkumpul kurang lebih berjumlah 15jt dan yang digunakan untuk
keperluan acara hanya setengahnya yaitu kurang lebih 7,5jt. Dari pihak
bendahara serta kesepakatan seluruh Panitia Moeslim Fest untuk membagi rata
sisa dana tersebut. Namun, ada usulan dari Yuan Aindhik –salah satu anggota
panitia- mengusulkan agar sebagian uang tersebut diberikan kepada anak yatim.
Sehingga, dana tersebut 75% dibagi rata untuk panitia dan 25% disumbangkan
kepada panti asuhan.
Tanggung jawab untuk mencari panti asuhan yang
akan dikunjungi Panitia Moeslim Fest diserahkan kepada saya (Jundiati). Maka
dari itu, saya pribadi mencari informasi mengenai panti asuhan yang jaraknya
tidak terlalu jauh dari kampus Universitas Negeri Yogyakarta dan rumah atau
kost Panitia Moeslim Fest, serta informasi kegiatan seperti apa yang biasanya
dilakukan saat berkunjung ke panti asuhan. Setelah mengumpulkan dan mendapatkan
informasi lengkap mengenai hal tersebut, lalu saya beritahukan kepada panitia
yang lain. Akhirnya Panitia Moeslim Fest sepakat untuk mengunjungi Yayasan Bumi
Damai Yogyakarta dengan memberikan sembako, alat mandi, serta alat tulis.
Karena yang dibutuhkan yayasan tersebut adalah barang – barang tersebut
berhubung keluarga Yayasan Bumi Damai Yogyakarta adalah dari anak SD, SMP, SMA
dan Mahasiswa.
Keberangkatan menuju Yayasan Bumi Damai
Yogyakarta kami tempuh dari kampus setelah selesai mata kuliah terakhir. Pada
awalnya, saya dan Nurani hanya berniat untuk membeli sembako, alat tulis
dan perlengkapan mandi ditemani Iim, Kurnia dan Vilya menuju Pamela Satu.
Namun, saat setelah barang – barang tersebut terbeli akhirnya kami memutuskan
untuk langsung menuju yayasan daripada harus menunggu hari brikutnya dan tidak
jadi-jadi terlaksana. Karena rencana awalnya adalah Senin, 25 Maret 2019 setelah
selesai mata kuliah terakhir untuk belanja barang dan hari berikutnya Selasa,
26 Maret 2019 untuk berkunjung ke Yayasan Bumi Damai Yogyakarta. Tanpa menunda
waktu lagi, saya mengusulkan untuk setelah membeli barang untuk langsung menuju
yayasan dan Iim, Nurani, Kurnia, Vilya menyetujui hal tersebut. Lalu saya
meminta izin ke grup Panitia Moeslim Fest untuk langsung menuju yayasan tanpa
kehadiran seluruh anggota panitia. Sebab, menurut saya hal tersebut lebih baik
daripada harus mengulur – ulur waktu lebih lama dan rasa tidak enak terhadap
pengurus Yayasan Bumi Damai yang sudah saya hubungi sebelumnya.
Barang yang telah dilist untuk dibeli sebelumnya
telah ada di tangan, akhirnya Saya, Kurnia, Iim, Nurani, Vilya langsung menuju
Yayasan Bumi Damai dari Pamela Satu sekitar jam 17.30 WIB. Pada saat perjalanan
menuju yayasan, share loc yang diberikan oleh pengurus yayasan ternyata
membingungkan mengakibatkan kami salah masuk gang. Mengikuti maps tidak
menemukan kejelasan justru semakin membingungkan, jam handphone telah
menunjukkan pukul 17.50 menandakan telah memasuki waktu sholat maghrib.
Akhirnya kita menemukan Bapak dan Ibu yang akan berangkat berjamaah di masjid
dekat kami berhenti kebingungan mencari alamat. Setelah ditunjukkan alamat
yayasan, kami langsung menuju yayasan.
Waktu telah menunjukkan pukul 18.15 WIB, dengan
perasaan letih dan badan yang lelah Alhamdulillah sampai di yayasan. Perasaan
lega sekaligus bahagia menyeliputi perasaan kami. Keluarga yayasan menyambut
kami dengan hangat. Karena kami belum sholat maghrib, akhirnya kami berjama’ah
dengan keluarga yayasan. Setelah selesai berjama’ah, ada sambutan secara reesmi
dari pengurus yayasan yang diwakkili oleh Mas Alfin, do’a anak yayasan yang
dipimpin oleh Mas Hutman lalu dilanjutkan mushofahah bersama anak yayasan.
Sambutan yang dibawakan Mas Alfin menceritakan
pendiri yayasan yaitu Bapak Nur Ali Suwandi yang lebih sering dipanggil Bapak
Ali oleh anak-anak. Bapak Ali sedang menjalankan tugas dinas jadi jarang berada
di yayasan, namun ketika berlibur atau waktu senggang selalu mengunjungi
yayasan. Pada saat kita berkunjung ke yayasan bersamaan dengan Bapak Ali tiba
di yayasan namun tidak dapat berlama-lama karena akan berkunjung ke rumah Bapak
Robi (teman tugas Polrinya).
Kasih sayang yang diberikan oleh Ibu Aprilina
Winantu Rahayu (Istri Pak Ali) sangat dirasakan oleh anak-anak. Ibu Apriliani
selalu memasakkan anak-anak setiap hari. Sebagai sosok ibu yang baik hati,
murah senyum dan ramah memberikan kehangatan kasih sayang kepada anak-anak
tanpa membedakan antara anak yang satu dengan yang lainnya.
Anak yayasan berjumlah kurang lebih 30 – 50 anak
terdiri dari SD, SMP, SMA dan Mahasiswa. Meskipun mereka tidak kenal lagi kasih
sayang orang tua kandung mereka namun kasih sayang dan kehangatan Ibu Apriliana
sangat terasa dirasakan oleh mereka. Mereka tidak akan menyia-nyiakan pemberian
dari Bapak Ali dan Ibu Apriliana. Balasan mereka tunjukkan dengan perilaku
baik, prestasi dan saling mengasihi satu sama lain. Tidak tanggung – tanggung
prestasi yang di dapat seperti yang di dapat oleh salah satu anak yang diajari
karate oleh Mas Yusuf (Mahasiswa UNY anak Fakultas Ilmu Keolahragaan) mendapat
juara 1. Selain itu ada juga anak kelas 2 yang sudah mampu menghafal Al-Qur’an
jus 30 dan surat – surat penting.
Anak – anak Yayasan Bumi Damai tergolong anak
yang lucu, polos, lugu dengan sifat asli mereka namun kasih sayang mereka
begitu tulus. Saat berkunjung kami tidak henti – hentinya bercengkrama, tertawa
dan berceriata dengan mereka sampai lupa jika jam telah menunjukkan pukul 20.00
WIB padahal kita telah berencana untuk pulang pukul 19.00 WIB. Niat hati untuk
pamit pulang namun kami ditahan untuk ikut makan bersama keluarga yayasan,
dengan rasa sungkan akhirnya kami ikut makan dan pukul 21.00 WIB baru dapat
izin pulang.
Rasa tersanjung, bahagia, terharu bercampur
menjadi satu. Kami bersyukur dapat berkunnjung ke Yayasan Bumi Damai
Yogyakarta. Terdapat banyak hikmah yang dapat kita petik dari kunjungan
kami, salah satunya adalah mengenalkan arti kasih sayang tulus dan bagaimana
hidup dengan kesederhanaan. Terrima kasih keluarga Bumi Damai seemoga hubungan
silaturahmi kita akan tetap terjalin sampai kapanpun dan diridhoi oleh Yang
Maha Kuasa. Amin Ya Rabbal’alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar